Tampilkan postingan dengan label Polos. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Polos. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 Agustus 2015

WWW

Pada sebuah tempat kursus internet, seorang peserta bertanya pada mentornya :

Arif : "Mbak mau tanya nih,.....ENTER ini maksudnya apa ya?

Mentor : “Sepertinya untuk mempercepat program ...deh mas!!

Arif : “Mempercepat bagaimana maksudnya mbak...???

Mentor : “Ya mempercepat cara kerja begitu, ......kalau tulisanya ENTAR  ..kan jadi lama kinerjanya!!!

Arif : wah,, pinter juga kamu mbak,..

tidak lama kemudian....



Arif : “Mba ini saya sudah masuk ke internet explorer,..... kok setelah saya ketik facebook.com tidak keluar apa-apa yach????

Mentor : “Kamu sudah tulis di depannya www. belum???

Arif : “Wah belum tuh!!! harus ya?? Memangnya ... www itu apa sih mba???

Mentor : “Kalau tidak salah itu singkatan dari......”
Arif : “Singkatan apa mbak...?

Mentor : “Singkatan dari .....wassallamualaikum warrohmatullahi wabarrokatuh"

Arif : “Iya juga ...ya mba”

Selasa, 25 Februari 2014

Vero Yang Polos


VERO YANG POLOS...

Dalam pergaulan sehari hari, masyarakat suku Lio di pulau Flores memiliki tradisi untuk tidak menyebut nama langsung pada seseorang, terutama pada orang yang lebih tua, karena dianggap pemali dan tidak sopan jika menyebut nama langsung. Misalnya dalam memanggil nama seorang bapak atau ibu, tidak dipanggil langsung namanya, tapi dengan menyebut nama Bapa atau Ibu yang dilanjutkan dengan nama anak tertua dari bapak atau ibu tersebut. Misalnya anak tertuanya bernama Mario, maka bapaknya dipanggil Bapak Mario, atau ibunya dipanggil Ibu Mario.  

Ada pula cara lain. Untuk pasangan suami istri yang belum punya keturunan, panggilan terhadap kakak ipar atau anak mantu lelaki,  yang dipangil bukan nama langsung, melainkan nama “suaminya.....” yang diikuti nama sang istri. Misalnya Pala dan Ndaro adalah pasangan suami istri yang belum memiliki keturunan. Orang tua atau saudaranya Ndaro tidak langsung memanggil nama Pala, melainkan dengan menyebut “Suaminya Ndaro” (bahasa Lio nya disebut “kaki Ndaro”, kaki=suami).

Tradisi ini terus dilakukan dalam berbagai sendi kehidupan dan terbawa dalam setiap kesempatan, sebagaimana diceritakan pada kisah berikut :

Vero mempunyai kakak bernama Ndaro. Si Vero, pemali/haram menyebut Pala karena suami kakaknya bernama Pala.


Suatu hari Vero ke pasar membeli bumbu masak termasuk Pala (bijih pala). Bahan belanjaan lainnya  sudah dibeli Vero, tinggal lagi Pala, yang masih dicarinya kesana kemari seputar pasar tersebut. Tiba-tiba ia bertemu seorang cowok ganteng tetangganya bernama Dami. Dami bertanya pada Vero : 

“Kau gae apa.....Vero? " (Apa yang kamu cari Vero..... ?) 

Karena gugup dan malu melihat cowok ganteng, Vero kebingungan mau menjawab apa. Ditanya sekali lagi, ia merasa malu, kemudian menjawab : 

“Aku gae mboko kaki Ndaro....!! (Saya masih mencari biji suaminya Ndaro....!!). 

Hahhhh.......... !!! Dami sangat kebingungan..dengan jawaban ini. Ia merasa heran setengah mati...


(Catatan : kata Mboko dalam bahasa Lio bisa  berarti biji, bisa juga berarti makian yaitu “buah pelir”...). Makanya Dami sangat kebingungan dengan jawaban Vero... hehehe....